FaktaPasundan.id – Bandung : Dua kali gagal dalam proses pemilihan, yakni Pemilihan Bupati Bandung pada 2020 dan Pemilihan Legislatif pada 2024, tak membuat Yena Iskandar Ma’soem, patah arang. Bahkan kini ia berancang-ancang mengikuti Pilwalkot Bandung.
Banyak pihak yang menyangsikan Yena akan memperoleh tiket untuk menjadi bakal calon, bahkan ada politisi yang setengah bertanya, “Saha nu ngajongklokeun Bu Yena untuk maju Pilwalkot.” Menanggapi hal ini, Yena mengatakan, “Tak ada seorang pun yang menjongklokan. Saya masih memberi kesempatan bagi diri untuk berjuang.”
Hal itu dikemukakannya ketika berbicara dalam Serial Diskusi Pilkada bertajuk Mencari Pemimpin Pilihan Rakyat, Minggu (30/6). Diskusi digagas oleh Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jabar bekerjasama dengan PW Muhammadiyah Jabar.
Bersama Yena, turut hadir pengamat politik Unpad Dr. Idil Akbar dan anggota Majelis PW Muhammadiyah Jabar yang juga dosen UIN Dr. Luqmanul Hakim. Serial Diskusi Pilkada digelar sepekan sekali, dengan menghadirkan kandidat Gubernur, Bupati dan Walikota, yang kemudian dibahas pengamat atau tokoh.
“Sekarang saya ikuti saja prosesnya dengan ikut konvensi PDI Perjuangan. Kita tunggu kepada siapa tiket akan diberikan. Saya yakin PDI Perjuangan akan memutuskan siapa yang terbaik buat rakyat Kota Bandung,” kata Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Kota Bandung ini.
Yang jelas, lanjutnya, kegagalan dalam dua proses pemilihan dijadikan pelajaran berharga untuk berbuat lebih baik lagi. “Ini bukan syahwat politik, melainkan ingin mencoba mengabdikan diri lebih besar lagi ketika menjadi pimpinan di Pemkot Bandung.
Idil Akbar adalah yang mengkritisi betul langkah Yena mencalonkan diri. “Kenapa Teh Yena berani maju? Apa ga kapok? Butuh effort, butuh uang, kenapa berani? Lalu apa langkah strategi Teh Yena untuk menang di Kota Bandung?” katanya setengah bertanya.
Di momen sekarang ini, lanjut Idil, sebaiknya Yena konsentrasi untuk meraih tiket dari PDI Perjuangan. “Jadi di situ saja dulu fokusnya, agar tak keluar energi terlalu hambur jika langsung tarung di lapangan,” katanya.
Sementara Hakim menyarankan agar Yena –seperti halnya Muhammadiyah– fokus pada pendidikan, kesehatan dan pelayanan masyarakat. Karena ketiga hal inilah yang amat dibutuhkan oleh warga Kota Bandung.*edt.ccp