FaktaPasundan.id – Garut : Lonjakan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia hingga Juli tercatat 13.845 kasus, Jawa Barat menempati posisi teratas. Di Garut sendiri , terjadi lonjakan kasus hingga 200 persen dibanding tahun 2022, mencapai 130 laporan. Ironisnya, pelaku kerap berasal dari lingkungan terdekat—mulai dari keluarga, guru, tokoh agama, hingga masyarakat sekitar.
Lonjakan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Garut ini mendorong lahirnya aksi nyata dari Yayasan SEMAK bersama berbagai lembaga menggelar Festival Remaja Sehat Hebat 2025 di Kampus IPI Garut, Kamis (21/8/2025).
Acara tersebut memadukan diskusi publik, pentas seni, dan deklarasi remaja untuk menolak kekerasan serta perkawinan anak, sekaligus mendukung program Nyaah Ka Indung, Hari Anak Nasional, dan HUT RI ke-80.
Menjawab kondisi ini, Yayasan Sekretariat Masyarakat Anak (SEMAK) menggandeng Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Kementerian Agama, DPPKBPPPA, Youth Advisory Group (YAG) Kabupaten Garut, Forum Anak Daerah (FAD), GENRE, serta BEM KBM IPI Garut. Peserta festival terdiri dari siswa kelas 7–9, guru pendamping, dan mitra eksternal.
Kasi Kurikulum Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Dr. Ajang Rusmana, M.Pd., mewakili kepala Dinas Pendidikan secara resmi membuka diskusi publik bertema “Garut Tanpa Kekerasan dan Perkawinan Anak”, diikuti penampilan seni pelajar dan puncaknya Deklarasi Bersama Remaja Kabupaten Garut.
“Dinas Pendidikan berkomitmen mengimplementasikan program PKRS di sekolah melalui kegiatan kokurikuler, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler,” kata Ajang.
Sementara itu, Kepala DPPKBPPPA Garut, Drs. Yayan Waryana, M.Si., membuka Festival dan Gelar Karya hasil edukasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS).
Ketua Youth Advisory Group (YAG) Kabupaten Garut, Nenden, mengatakan, kegiatan yang digagas Yayasan Semak ini terjadi kolaborasi berbagai elemen
“Dengan kegiatan ini, kami berharap tercipta kolaborasi multipihak—pemerintah, masyarakat sipil, hingga kelompok anak muda—yang berjalan beriringan dan saling melengkapi dalam upaya memberantas kekerasan,” ujar Nenden,
Tujuan akhirnya, lanjut Nenden, adalah mewujudkan Garut yang inklusif dan bebas kekerasan serta perkawinan anak. “Kami berharap kolaborasi ini berkelanjutan dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah serta seluruh pemangku kepentingan,” tegasnya.
Direktur SEMAK, Rina nurhayati menambahkan, program ini perlu diperkuat dan dijadikan inspirasi nyata bagi terwujudnya Garut yang aman, inklusif, dan berpihak pada perempuan dan anak.
Dukungan juga datang dari Kak Desrina, perwakilan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI). Ia mengapresiasi perhatian Pemkab Garut terhadap isu power to you(th) dan berharap program ini berjalan konsisten dan berkesinambungan.
Acara ditutup dengan deklarasi sembilan komitmen remaja Garut, antara lain menjaga tubuh dan emosi secara sehat, menolak perundungan, kekerasan, pelecehan, serta perkawinan anak, dan berani menjadi agen perubahan di sekolah maupun komunitas. Mereka menegaskan keyakinannya:
“Remaja Sehat adalah Remaja Hebat; Remaja Hebat peduli, berani, dan bertumbuh untuk masa depan cerah.”
Menurut Ketua Panitia, Dr. Endang Kasupardi, M.Pd., festival ini bertujuan meningkatkan literasi remaja tentang tubuh, emosi, dan relasi sehat; membangun kesadaran kritis terhadap isu kekerasan seksual, perkawinan anak, dan kehamilan remaja. Kemudian mengembangkan life skills agar remaja mampu mengambil keputusan bertanggung jawab; menciptakan ruang aman dan inklusif; serta memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam pencegahan praktik berisiko.
Selain itu, kegiatan ini mendukung implementasi PKRS dan Kurikulum Nyaah Ka Indung dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila. *re