Menanggapi pernyataan tim pemenangan paslon nomor urut 01 yang menyebut adanya “black campaign” terhadap kandidat mereka, Galih F. Qurbany, Koordinator Strategi Paslon 02, memandang tuduhan tersebut sebagai bentuk strategi playing victim yang muncul bersamaan dengan peningkatan elektabilitas paslon nomor urut 02 di penghujung Oktober ini. Berdasarkan data terbaru, elektabilitas pasangan Syakur-Putri terus mengalami kenaikan signifikan, menempatkan mereka pada posisi yang lebih kompetitif dibandingkan pasangan Helmi-Yudi. Melihat tren ini, isu “black campaign” yang dilontarkan oleh pihak paslon01 dapat dilihat sebagai upaya mengalihkan perhatian dari peningkatan dukungan publik yang diterima oleh paslon nomor urut 02.
Galih menilai bahwa tuduhan “black campaign” tanpa bukti konkret hanya akan menimbulkan persepsi publik bahwa paslon nomor urut 01 tengah mencoba memainkan peran sebagai korban. Menurutnya, masyarakat Garut saat ini sudah sangat cerdas dan mampu membedakan mana informasi yang didasarkan pada fakta dan mana yang merupakan sekadar propaganda. Baginya, klaim tanpa data justru dapat menimbulkan kesan bahwa ada upaya mencari simpati dengan menyatakan diri sebagai pihak yang “teraniaya.” Apalagi, Galih mengingatkan, paslon nomor urut 01 membawa pengalaman Helmi sebagai mantan Wakil Bupati Garut, yang seharusnya siap menerima kritik secara dewasa dan profesional, terutama dalam kontestasi Pilkada yang terbuka ini.
Sebagai bagian dari tim strategi, Galih menegaskan bahwa kritik yang muncul terhadap paslon nomor urut 01 berfokus pada rekam jejak dan capaian nyata yang dirasakan oleh masyarakat. Hal ini sangat wajar, terlebih mengingat isu-isu yang dihadapi Garut, seperti kemiskinan, lapangan kerja, dan penataan birokrasi. Semua itu merupakan bagian dari permasalahan nyata yang perlu dijawab oleh siapa pun yang mencalonkan diri untuk memimpin daerah ini. Dengan demikian, menurut Galih, strategi kampanye profesional seharusnya berfokus pada cara-cara membangun kepercayaan publik melalui program konkret, bukan dengan memanfaatkan isu untuk menarik simpati.
Lebih jauh, Galih mengajak masyarakat Garut untuk terus berpikir kritis dan mempertimbangkan pilihan berdasarkan rekam jejak dan bukti nyata program kerja. Paslon 02, dengan slogan SANTRI, menawarkan solusi-solusi konkret yang dirancang berdasarkan kebutuhan riil masyarakat. Kampanye paslon ini berorientasi pada penyampaian gagasan yang membangun tanpa terjebak dalam retorika drama. “Kami fokus pada solusi nyata yang diusung oleh Paslon 02. Alih-alih merespons tuduhan dengan balik menyerang, kami lebih memilih mengajak masyarakat untuk menilai dan mengevaluasi program kerja yang konkret,” ujar Galih.
Galih yang juga merupakan aktivis 98 ini menekankan bahwa persaingan politik seharusnya menjadi wadah adu gagasan dan solusi, bukan medan adu klaim tanpa dasar. Ia menyatakan bahwa baik paslon nomor urut 01 maupun 02 harus menghormati kecerdasan masyarakat Garut tanpa menonjolkan drama politik. Menurutnya, demokrasi akan lebih sehat dan bermakna apabila persaingan dalam Pilkada ini dapat berlangsung dengan menawarkan program nyata yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
Di penghujung penjelasannya, Galih menegaskan bahwa pasangan SANTRI tetap berfokus pada langkah-langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Garut. Program-program mereka dalam bidang pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, serta reformasi birokrasi dirancang dengan komitmen tinggi terhadap perubahan. Menurut Galih, isu playing victim yang dilemparkan justru memperlihatkan bahwa elektabilitas Syakur-Putri yang terus meningkat telah mengganggu dominasi yang diharapkan oleh paslon nomor urut 01. “Kami tidak akan terpancing oleh tuduhan tanpa bukti. Alih-alih bermain drama, kami mengajak pemilih Garut untuk menilai dengan kepala dingin dan memilih berdasarkan program-program yang nyata,” tutupnya.
Dengan mengedepankan data, rasionalitas, dan komitmen terhadap perubahan, Galih berharap masyarakat Garut dapat menggunakan hak pilihnya secara bijaksana demi masa depan daerah yang lebih baik dan sejahtera.***