Kementerian PPN/Bappenas melalui Kedeputian Kependudukan dan Ketenagakerjaan, khususnya Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, telah menginisiasi Program Desa Cemara sejak tahun 2022. Program ini adalah kolaborasi strategis antara Bappenas dan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, yang bertujuan sebagai strategi adaptif dalam pengentasan kemiskinan melalui intervensi di tingkat desa.
Desa Cemara (Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera) merupakan pendekatan inovatif guna mendorong desa untuk memanfaatkan teknologi digital guna menciptakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Tentunya, dengan teknologi ini, desa dapat mencapai kemandirian melalui optimalisasi potensi lokal, peningkatan kualitas hidup serta kola dengan berbagai sektor.
Pada periode 2022-2024, Program Desa Cemara bekerja sama dengan 11 perguruan tinggi terkemuka di Indonesia dan melibatkan 82 desa/kelurahan di 13 kabupaten/kota sebagai lokus binaan. Program ini didukung oleh 12 Koordinator Daerah dan 102 Pendamping, serta melibatkan 137 mahasiswa/mahasiswi dari berbagai program studi sebagai peserta. Keberagaman latar belakang keilmuan ini memberikan kontribusi signifikan dalam upaya pengentasan kemiskinan, terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat kemiskinan yang masih tinggi.
Kepala Bappeda Garut, Didit Fajar Putradi, mengungkapkan, bahwa isu kemiskinan di Garut menjadi salah satu program Desa Cemara, dengan angka mencapai kemiskinan 9,68 persen.
Menurutnya, Pemerintah daerah terus berupaya sekaligus berkomitmen untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan melalui berbagai macam upaya strategis,” Berbagai langkah konkret telah kami lakukan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan di Garut, yang dilakukan oleh Bappenas sangat membantu kami dalam mendukung target ini,” Ujar Didit.
Tita Sutedjo, Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappenas, menyampaikan bahwa Desa Cemara ini untuk memfasilitasi dan mendampingi desa untuk bisa mewujudkan desa yang Cerdas, Mandiri dan Sejahtera.
“Ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan kita (negara Indonesia), dimana ditahun 2045 nanti kita mengharapkan kemiskinan sudah tidak ada lagi di Indonesia, atau mendekati 0 persen kemiskinan,” Ujar Tita Sutedjo.
Selain itu tujuan diadakanya program desa Cemara juga guna menurunkan angka kemiskinan ditahun 2029 mendatang.” kemudian di tahun 2029 bisa turun diangka 5 persen atau 4 sampai 4,5 persen,” katanya.
juga mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendampingi pemerintah desa untuk bisa memanfaatkan data dalam rangka menyusun program dan kegiatan desa yang lebih tepat sasaran, “juga lebih berkualitas, sehingga program program yang dilaksanakan bisa conpergain dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di desa dan juga kebutuhan yang ada di masyarakat,” ungkapnya.
“Kami juga bekerjasama dengan 11 universitas di Indonesia untuk melibatkan mahasiswa, jadi mahasiswa turut serta bersama sama dengan kami dan pemerintah desa untuk menyusun program kegiatan yany lebih baik, contohnya kalau di Garut ini masyarakat membantu pemerintah desa untuk memastikan program bansos bisa tepat sasaran, dan membantu UMKM untuk mendapatkan PIRT supaya bisa masuk ke pasar” sambungnya.
Sementara itu, anggota DPR RI Dapil XI Jawa Barat, Ferdiansyah, turut memberikan dukungannya terhadap program Desa Cemara ini. “Sebanyak 19,1 persen penduduk Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. Perlu ada political will terkait politik kependudukan untuk mendorong peningkatan kualitas hidup penduduk. Saya berterima kasih kepada Bappenas yang telah menginisiasi uji coba ini,” ujarnya.
Ia juga mendorong agar cakupan Program Desa Cemara diperluas. “Kesimpulan saya, Program Desa Cemara perlu dilanjutkan dan Bappenas harus melengkapi indikator-indikator pelaksanaan. Setelah matang, program ini bisa diserahkan kepada kementerian teknis untuk implementasi lebih luas,” pungkasnya.***