Pengusaha muda Garut yang menjadi Ketua Bapilu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Jawa Barat, dan Koordinator Relawan komando Gibran wilayah Priangan timur, Widi Nugroho, mengatakan, bahwa yang terpenting bagi pemimpin itu merubah mindset dari pada menguasai semua lini.
Hal itu disampaikan Widi saat menjadi panelis pada kegiatan Politik Club VS Garut memilih yang diselenggarakan Hima Persis di Pendopo Kabupaten Garut, Kamis, 04 Aril 2024.
” Yang saya sampaikan hanya sebatas merubah mindset tentang seorang pemimpin. Artinya pemimpin itu tidak harus menguasai segala hal, tetapi mereka mampu untuk memberikan sebuah keputusan yang itu adalah keputusan terbaik jadi saya lebih mengilustrasikan seperti ini bahwa pemimpin itu tidak harus menguasai dari segala aspek tapi dia mampu untuk menyimpulkan yang terbaik ,” katanya,
Jadi menurut Widi calon Bupati Garut ke depan tidak perlu mempelajari seluk beluk tentang suatu dinas, atau SKPD. Tetapi bagaimana caranya menyuruh pejabat atau kepala dinas, misalnya Dinas Pertanian untuk memberikan sebuah program terbaiknya, dan itu digodok dengan tim ahli yang sebagaimana mestinya.
” Hasil dari godokan itulah yang menjadi program. Nah itu adalah mindset yang harus dipakai oleh bupati mendatang. Selanjutnya harus mengevaluasi tentang kebijakan yang selalu berulang, itu menimbulkan polemik, salah satu contohnya penambalan jalan yang itu selalu menjadi polemik Apakah pernah melakukan evaluasi? Apakah teknisnya sudah benar atau belum? Pelaksanaannya sudah benar atau belum caranya sudah benar atau belum, alat yang digunakan sudah benar atau belum. Itu yang saya sampaikan,” tuturnya
Selanjutnya kata pengusaha kontruksi ini, seorang pemimpin itu harus peka dengan potensi Pemuda. Sebab saat ini banyak sekali orang yang hebat dari generasi milenial, akan tetapi tidak pernah ada kebijakan pemerintah yang melibatkan kaum milenial.
” Kebanyakan influencer itu adalah dari milenial, tetapi pemerintah tidak pernah melibatkan mereka. Artinya ini adalah waktunya Garut untuk berbenah terkait masalah milenial dan juga pembangunan itu diawali oleh anak-anak milenial,” imbuhnya .
Menurutnya banyak dari kaum milenial yang bisa menjadi pemimpin Garut. Akan tetapi permasalahan milenial yang potensial itu terkendala dengan tidak adanya partai politik yang mau melirik mereka.
” Pada prinsipnya untuk masalah milenial itu sangat banyak yang berpotensi, tadi ada teh Putri terus ada kang Oke (Ketua KPI) , akan tetapi permasalahan dari milenial itu, satu mereka tidak memiliki kendaraan yang mungkin melirik mereka. Saya ilustrasikan saya bukan anak presiden artinya tidak banyak orang yang akan melirik potensi milenial untuk menjadi calon pemimpin daerah walaupun mereka memiliki potensi yang luar biasa. Ini adalah PR daripada partai politik yang harus mau melirik mereka untuk menjadi jagoan di tiap daerahnya,” katanya.
.Ditanya kemungkinan dirinya nyalon Bupati/ Wakil Bupati Garut Widi menegaskan tidak berminat untuk hal itu. Ia mengaku lebih condong ke arah bagaimana dirinya menjadi lebih manfaat bagi orang lain.
” Artinya manfaat yang saya maksud, ini manfaat terkait masalah apa yang tadi saya sampaikan siapapun yang akan mencalonkan, siapa yang akan jadi pemimpin Garut, saya hanya menitipkan tentang program. Karena saya sadar diri mana ada partai politik melirik seorang milenial yang mungkin itu bukan siapa-siapa ,” ujarnya.
Ia berharap kepada calon bupati terpilih, ia berpesan, bagaimana caranya mereka bisa mewadahi segala sesuatu potensi yang ada di Kabupaten Garut, salah satunya sumber daya manusia (SDM) nya harus ditingkatkan kapasitasnya alias di-upgrade.***