Banyaknya dorongan dari kaum milenial kepada pengusaha muda Garut, Widi Nugroho untuk ikut kontestasi pada Pikada Garut Nopember mendatang, masih jadi pertimbangan pengusaha properti tersebut.
” Dorongan itu kan spirit bagi saya untuk berusaha ya, berusaha dalam artian apakah nanti saya memutuskan untuk mendatangi salah satu partai untuk mendaftar ke partai itu masih jadi pertimbangan dan saya juga masih melakukan survei khusus untuk calon milenial. Apabila saya masuk dalam survei itu, dan hasilnya bagus, saya akan mendaftar, ” ungkapnya, ditemui Senin 01 Juli 2024.
Dikatakannya, tidak ingin gegabah mengambil keputusan untuk ikut kontestasi Pilkada tanpa didukung data pendukung yang riil. Sebab katanya seorang calon itu harus diterima semua kalangan bukan hanya didukung oleh kalangan milenial, akan tetapi harus diterima semua kalangan.
” Komunikasi dengan beberapa partai sudah saya lakukan dan sudah banyak pula yang datang ke partai partai itu. Tapi bedanya mereka datang hanya saya datang dengan niatan bukan dengan data, kalau saya akan datang itu dengan data dan menjelaskan bab bab kenapa saya datang, ” katanya.
Disebutkan Widi, dorongan kaum milenial terhadap dirinya untuk ikut jadi kontestan, itu merupakan sebuah keberhasilan perjuangan dirinya, agar kaum muda itu memahami tentang perpolitikan minimal kaum milenial itu mau menyimak tentang politik.
” Terlepas saya mau nyalon atau tidak, kan yang menjadi prinsip adalah harus paham tentang isu isu politik di Garut. Karena yang akan menjamin masa depan Garut itu adalah Pilkada itu sendiri jangan sampai mereka menggadaikan politik ini hanya sekedar jargon,” katanya.
Andai dirinya memutuskan untuk tidak ikut kontestasi Pilkada Garut, ia masih menyembunyikan calon bupati mana yang jadi jagoannya untuk memimpin Garut ke depan. Tapi yang jelas dukungan itu akan diberikan kepada calon yang aspiratif terhadap keinginan milenial meskipun calon tersebut bukan dari kalangan muda.
” Jadi intinya apa yang menjadi isu titipan dari milenial itu akan coba saya sampaikan kepada mereka yang menurut penilaian saya akan lebih realistis dalam merealisasikan program program yang menjadi harapan anak muda,” tuturnya.
Ditegaskannya, yang disebut calon bupati atau wakil bupati milenial itu ukurannya bukan usia, tapi calon yang yang paham dan tahu isu anak muda dan mampu men- treatment permasalahan anak muda itu untuk menjadi sebuah solusi.
Ia menyebut beberapa nama bakal calon yang dekat dengan kaum muda, seperti dr. Helmi Budiman dari PKS, H. Abdusy Syakur Amin dari Golkar, Yudi Lasminingrat dari PPP dan H. Dudung Sudiana.***