Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat dan Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara (Yahintara) berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dan Institut Teknologi Garut (ITG), menggelar sebuah acara bertajuk Lalampah Di Garut Pangirutan, yang dilaksanakan di area Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Minggu (17/12/2023).
Lalampah Di Garut Pangirutan merupakan kegiatan jalan-jalan menelusuri area perkotaan Garut, dengan mengunjungi beberapa bangunan lama atau bangunan _heritage_ yang ada di area perkotaan Kabupaten Garut. Selain itu, diadakan juga lomba sketsa dan fotografi beberapa bangunan _heritage_ yang ada di Kabupaten Garut.
Kegiatan ini diikuti para peserta yang merupakan arsitek profesional, mahasiswa arsitek, hingga masyarakat umum dengan rute beberapa bangunan _heritage_ di area perkotaan seperti Babancong, Kantor Kecamatan Garut Kota, Stasiun Garut, hingga Kantor Pos Garut. Para peserta ini dilepas secara langsung oleh Bupati Garut, Rudy Gunawan.
Menurutnya, dulu pada tahun 1872 Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten yang paling maju di Jawa Barat, hal tersebut dibuktikan dengan berdirinya stasiun kereta di Kecamatan Cikajang hingga dibangunnya bangunan keresidenan yang kini menjadi Gedung Pendopo Garut.
Ia mengungkapkan bahwa banyak hal yang bisa dipelajari di Kabupaten Garut khususnya hal-hal yang berkaitan dengan arsitektur.
“Jadi di sini bisa dipelajari hal-hal yang berhubungan dengan arsitek yang ada di Kabupaten Garut. Selamat datang di Garut, (acara) kita jalan-jalan dalam rangka Lalampah Di Garut Pangirutan secara resmi dimulai,” ujar Rudy ketika melepas para peserta acara Lalampah di Garut Pangirutan.
Sementara itu, Ketua IAI Jabar, Andrianto Santoso, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan Lalampah Di Garut Pangirutan yang diinisiasi oleh IAI Korwil Kabupaten Garut dengan Yahintara, serta berkolaborasi dengan Pemkab Garut dan ITG. Ia berharap kepada masyarakat luas agar menjaga cagar budaya dan juga aset-aset pusat kota Kabupaten Garut.
“Untuk sama-sama kita menjaga aset yang dimiliki begitu ya, tentu yang saya lihat apa yang kita alami di pagi ini, itu sudah cukup memberikan sebuah dampak, memberikan wawasan yang cukup berharga bagi masyarakat luas seperti itu,” ucapnya.
Selain itu, Adrianto, juga berpesan kepada calon arsitek agar bisa melaksanakan praktek arsitek secara profesional, karena menurutnya istilah profesional itu sangat luas, terutama dalam konteks cagar budaya.
“Untuk itu bangunlah kompetensi itu sebaik-baiknya, dengan etika sejujur-jujurnya dan sebaik-baiknya juga, supaya apa yang kita berikan kepada masyarakat itu adalah sebuah bentuk peradaban yang baik dan lingkungan binaan yang baik, jadi mungkin bagi saya itu persiapan untuk menjadi seorang arsitek yang kompeten dan juga berkesinambungan,” pesan Adrianto.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut, Agus Ismail, menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya pihaknya bersama IAI Jabar dan Yahintara, mengenalkan Kabupaten Garut dari sisi aspek _heritage tourism_.
Ia memaparkan Kabupaten Garut sendiri mempunyai bangunan-bangunan peninggalan sejarah kolonial, yang memiliki nilai historis yang luar biasa. Sehingga, pihaknya sangat mendukung keberlangsungan acara Lalampah Di Garut Pangirutan ini.
“(Harapannya) yang pertama tentu saja untuk arsitektur sendiri ini adalah salah satu upaya kita untuk menggali nilai arsitekturnya, yang kedua bagi masyarakat tentu saja upaya kita untuk tadi memelihara, memanfaatkan, mengembangkan bangunan-bangunan _heritage_, dan untuk pemerintah daerah ini sama-sama kita untuk bisa berkolaborasi, meningkatkan sektor pariwisata dari sisi bangunan-bangunan _heritage_,” harapnya.
Sementara, Ketua Yahintara juga Ketua IAI Korwil Kabupaten Garut, Ruli Oktavian, mengatakan tujuan penyelenggaraan acara ini pihaknya ingin memperkenalkan potensi bangunan _heritage_ yang dimiliki oleh Kabupaten Garut, kepada lingkungan arsitek maupun kepada khalayak umum.
Ia mengungkapkan peserta yang terdaftar sebanyak 250 peserta, namun yang hadir di hari H acara sekitar 200 orang, di mana 80 orang diantaranya merupakan arsitek profesional yang berasal dari Bandung, karena ia menerangkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan keprofesian yang memiliki nilai kredit untuk profesi arsitek.
“_Output_-nya satu kita punya kesadaran khusus para arsitek punya kesadaran lebih terkait bangunan-bangunan _heritage_, kedua untuk para mahasiswa dan pelajar menjadi lebih tahu, dan bagi khalayak umum pun akan menambah wawasan lebih lanjut,” ucapnya.
Ruli berharap kegiatan ini bisa terus berkelanjutan, dan mendapatkan _support_ yang lebih kuat lagi, sehingga skalanya bisa lebih besar lagi.
“Tetapi pada prinsipnya kegiatan ini harus tetap dilaksanakan bagi warga Garut dan untuk warga Garut,” tandasnya.***