Sebuah Desa di Kabupaten Indramayu memiliki perjalanan panjang. Mulai dari kekayaan hingga rapinya administrasi pemerintahan desa pada zaman dulu terekam dalam setiap lembaran manuskrip dan arsip tempo dulu.
Jejak itu terungkap setelah Pemerintah Desa Krasak di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu membongkar sebuah benda yang berisi ratusan lembar naskah zaman dulu. Di dalamnya lembaran itu menunjukkan banyak catatan pemerintahan mulai dari catatan kelahiran kematian, ijazah, raport murid, hingga dokumen penting lainnya. Bahkan, tidak sedikit dokumen potret warga yang isinya tentang hutang piutang, sampai perjanjian warisan.
“Isinya sekilas itu ada program penuntasan buta huruf pada zaman Belanda, ada akta kelahiran zaman Belanda 1920 tahunnya tertulis, ada ijazah zaman Belanda juga tahun 1936-1937,” kata Kepala Desa Krasak, Khairul Isma Arif, Selasa (18/7/2023).
Selain itu, lembaran kertas yang diduga sudah ada sejak abad 1800an itu terdapat dokumen inventaris desa. Diantaranya menunjukkan data sejumlah komoditas pangan. Dari jumlah pohon kopi, jeruk, kelapa sawit, dan persawahan, hingga perkebunan.
“Pada waktu itu mungkin banyak komoditas pangan. Karena kemungkinannya itu kita di buah-buahan dan tanaman pangan. Dulu juga ada sebuah gang yang memang namanya pakai nama buah,” katanya.
Tak hanya dokumen zaman Kolonial Belanda, tumpukkan lembar kertas itu juga terdapat manuskrip atau naskah kuno. Naskah dengan tulisan Pegon dan aksara Jawa itu menggunakan bahasa Jawa dan sebagian Sunda.
“Kalau sejarah sekilas mungkin ada di naskah wawacan Nabi Yusup. Terus catatan warga tentang sumbangan, kondangan, terus catatan mengenai surat pernikahan dan perceraian sampai kelahiran dan kematian. Lengkap. Jadi administrasi pada masa itu pakai aksara lokal (pegon/jawa),” kata Ketua Sanggar Surya Pringga Dermayu, Sri Tanjung Sugiarti Tarka.
Uniknya, lembaran naskah kuno yang ditemukan tertulis dalam kertas eropa dan kertas daluwang. Konon, penggunaan kertas itu hanya bisa dilakukan oleh orang berada atau orang kaya kala itu. Bahkan, tim preservasi menemukan beberapa tanda air (watermark) dalam lembaran tersebut.
“Naskah itu rata-rata berbahan kertas Eropa dan daluwang. Bisa disimpulkan desa itu merupakan desa yang maju. Karena kertas itu bukan kertas sembarangan karena mahal. Hampir setiap kertas eropa ada watermark nya,” ujar Tanjung.
Kepala Desa Krasak menanggapi bahwa jejak kehidupan pada zaman kolonial itu bisa menjadi bahan pelajaran untuk masyarakat saat ini. Sehingga, ia berharap masyarakat desa Krasak bisa meraih pendidikan lebih tinggi seperti pendahulunya.