Ketua Cabor E-Sport Indonesia (ESI) Garut, Widi Nugroho. menyebutkan Garut memiliki potensi yang sangat besar di bidang olah raga yang digemari kaum muda ini. Buktinya, atlet e-sport Garut bisa masuk pada ajang Mobile Legends Development League (MDL) Indonesia yang sangat bergengsi.
“MDL di kejuaraan e-sport sudah masuk ajang yang sangat bergengsi. Kalau ukurannya di sepak bola sama dengan Liga 2 yang hanya tinggal selangkah lagi menuju Liga 1”, ucap Widi, Senin (04/03/ 2024).
Namun sayangnya, kata Widi, keberhasilan yang diraih tim Mobile Legend Garut ini tak diapresiasi dengan dukungan dari Pemkab Garut maupun lembaga pendidikan. Hal ini tentu sangat disesalkan Widi yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap perkembangan olahraga e-sport di Garut ini.
Pengusaha muda Garut itu, menyebutkan, potensi atlet e-sport di Garut sangat melimpah. Hanya sayangnya, saat ini masih banyak masyarakat dan pejabat yang memandang sebelah mata bahkan menilai negatif terhadap profesi ini.
Akibat cara pandang yang negatif terhadap atlet e-sport, katanya berdampak terhadap kurangnya wadah untuk mewadahi bakat anak-anak muda di Garut ini. Hal ini merupakan tantangan bagi dirinya untuk membuktikan potensi anak muda Garut ini sangatlah luar biasa dan bisa mengharumkan nama daerahnya.
“Ketika mereka tidak diwadahi dengan baik saja, mereka bisa lolos ke ajang MDL Indonesia yang sangat bergengsi. Ini seharusnya sudah bisa menjadi bukti bahwa kita mampu untuk bersaing di tarap nasional dan bahkan internasional”, katanya.
Ia berharap kepada pemerintah dan instansi pendidikan agar game online jangan dipandang hanya dari sisi negatifnya saja. Justeru yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengarahkan potensi dan memberikan porsi yang jelas.
Widi menyatakan, para atlet e-sport yang berada di Game House (GH) selama ini mendapatkan porsi latihan yang jelas. Porsi latihan mereka dibatasi tidak melulu main game, tapi juga diimbangi dengan kegiatan positif lainnya di antaranya fitness yang dilakukan tiap pagi.
Widi mengakui selama ini pihaknya masih menghadapi hambatan dalam perjalanannya membina atlet e-sport Garut. Selain dari pemerintah, hambatan juga datang dari lembaga pendidikan yang masih menganggap e-sport sebagai hal yang negatif.
Kata Widi hambatan dari lembaga pendidikan dalam hal ini salah satu kampus di Garut, tidak mau mengeluarkan dispensasi bagi mahasiswanya yang menjadi atlet e-sport. Padahal kampus lainnya baik yang di Garut maupun di luar Garut, sama sekali tidak keberatan mengeluarkan surat dispensasi untuk mahasiswanya.
“Rekomendasi juga sudah kita dapatkan dari KONI. Namun sayangnya ada salah satu kampus di Garut yang sama sekali tidak mau mengeluarkan surat dispensasi padahal atlet yang menjadi mahasiswa kampus itu merupakan salah satu andalan kita,” ujar Widi.
Keputusan kampus tersebut menurut Widi tentu patut disesalkan. Terlebih dengan prestasi yang dimiliki mahasiswanya itu bisa membawa harum nama kampus dan juga Garut di ajang nasional.
Akibat kurangnya perhatian dari Pemkab Garut, maupun instansi pendidikan dan yang lainnya, sejauh ini imbuh Widi, pihaknya terpaksa menanggung seluruh biaya.
“Untuk kegiatan MDL selama 30 hari dan biaya latihan, juga gaji atlet saya yang ngeluarin,” pungkasnya.***