Ditulis oleh : Galih F.Qurbany
Sejarah bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan napas yang menghidupkan perjalanan sebuah bangsa. Garut, dengan kekayaan sejarah dan tradisi yang tak tertandingi, adalah bukti bahwa nilai-nilai luhur para leluhur kita masih relevan untuk membangun masa depan yang lebih cerah. Kini, waktunya bagi kita untuk tidak hanya melihat ke belakang, tetapi menjadikan sejarah sebagai bahan bakar untuk melesat ke depan.
Lihatlah Raden Adipati Aria Adiwijaya, bupati pertama Garut. Ia tidak hanya seorang pemimpin administratif, tetapi juga simbol kebanggaan dan persatuan masyarakat. Sebagai keturunan Prabu Siliwangi, warisannya mengajarkan kita arti keberanian, kearifan, dan integritas. Sosoknya bukan sekadar catatan sejarah; ia adalah inspirasi bagi kita untuk menjadikan Garut lebih besar dari sekadar nama di peta.
Tidak hanya itu, Garut juga melahirkan tokoh monumental seperti Prof. KH. Anwar Musaddad. Melalui pemikiran dan dedikasinya, ia mengukuhkan Garut sebagai pusat pendidikan dan religiositas. Warisan para tokoh hebat ini adalah pengingat bahwa untuk menjadi besar, kita harus berakar pada nilai-nilai luhur dan berpijak pada kearifan lokal.
Kini, semangat itu kembali hidup dalam sosok Dr. Ir. Abdusy Syakur Amin, M.Eng., IPU, dan drg. Lutfianissa Putri Karlina, MBA. Keduanya membawa darah para leluhur, tapi lebih dari itu, mereka membawa visi masa depan. Syakur Amin, cucu KH. Anwar Musaddad, adalah simbol kejujuran dan profesionalisme. Sementara Putri Karlina, keturunan langsung Raden Adipati Aria Adiwijaya, menyatukan inovasi dan nilai tradisional dalam langkah-langkahnya. Mereka tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga menawarkan solusi nyata untuk Garut hari ini dan esok.
Sejarawan Yuval Noah Harari pernah berkata, “Masa depan yang hebat hanya bisa dibangun jika kita memahami kekuatan dari narasi masa lalu.” Garut adalah contoh nyata dari ini. Masyarakat Garut tidak hanya membutuhkan pemimpin yang pandai berbicara, tetapi mereka mencari pemimpin yang berakar pada sejarah, memahami rakyatnya, dan siap membawa perubahan nyata. Syakur-Putri hadir dengan semua itu: visi, aksi, dan legitimasi moral.
Namun, sejarah tidak akan berarti apa-apa jika hanya dijadikan nostalgia. Sejarah adalah daya dorong, bukan beban. Friedrich Nietzsche berkata, “Sejarah adalah energi untuk melangkah lebih jauh.” Dan itulah yang kita butuhkan sekarang: energi untuk menjadikan Garut lebih hebat, lebih maju, dan lebih sejahtera.
Dengan kepemimpinan Syakur-Putri, Garut akan memasuki babak baru. Bukan hanya tentang mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga tentang menjemput masa depan yang lebih gemilang. Inilah saatnya masyarakat Garut bersatu, memanfaatkan kekayaan nilai-nilai tradisi sebagai senjata untuk menghadapi tantangan modern.
Garut bukan hanya tentang masa lalu; Garut adalah masa depan. Dan masa depan itu dimulai sekarang. Mari kita hidupkan warisan leluhur, kobarkan semangat perubahan, dan wujudkan Garut Hebat bersama Syakur-Putri!.***